Project : PSA, kurangi penggunaan kantong plastik
Deadline Entry : 15 November 2008
Client : Harian Bisnis Indonesia
Media : Koran
Insight :
Isu lingkungan hidup kembali mencuat seiring fenomena pemanasan global (Global Warming). Diyakini, fenomena ini merupakan efek revolusi industri pada akhir abad 18, sebuah revolusi yang pada akhirnya menciptakan teknologi dan dunia modern.
Teknologi dan tuntutan modernisme melahirkan salah satu ikonnya, yaitu plastik. Kehadiran kantong plastik bahkan telah menggeser pembungkus-pembungkus yang dinilainya tidak praktis, kalau tidak bisa dibilang primitif. Sebut saja daun pisang, atau tas yang terbuat dari akar-akaran yang dulu sering dibawa ibu dan nenek kita setiap kali ke pasar.
Kantong plastik (kresek) merupakan jenis plastik polimer sintetik, yaitu salah satu jenis plastik yang sulit terurai. Bumi membutuhkan waktu sedikitnya 500 tahun untuk bisa mengurai plastik jenis ini. Membakar pun bukan pilihan bijak. Karena jika dibakar dibawah 800 derajat celcius, justru akan menghasilkan senyawa dioksin yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan hidup.
Karena sifatnya yang sulit terurai, maka sampah plastik bisa menghambat proses penyerapan air oleh bumi. Ditambah dengan prilaku masyarakat kita yang masih suka membuang sampah (termasuk plastik) sembarangan hingga menutup saluran air, maka bencana banjir pun tak bisa dielakkan.
Di Indonesia, betapa mudahnya kita mendapatkan kantong plastik, bahkan secara gratis. Setiap kita belanja di supermarket atau toko, misalnya, belanjaan kita hampir pasti dibungkus dengan kantong plastik. Tak pelak lagi, Indonesia dikenal sebagai negara yang boros mengeluarkan kantong plastik. Tentu, hal ini adalah ironi di tengah kesulitan bahan bakar minyak mengingat untuk memenuhi kebutuhan plastik dibutuhkan jutaan barel minyak untuk memproduksinya.
Berdasarkan data dari S.F. Department of the Environment, Worldwatch Institute, setiap tahun ada 4-5 trilyun kantong plastik yang beredar, sementara untuk bikin 100juta kantong plastik yang non-degradable saja jumlah minyak bumi yang diperlukan adalah 430.000 gallon.
Untuk itu, tentu sebuah langkah yang bijak jika kita mulai mengurangi penggunaan kantong plastik untuk menyelamatkan bumi.
MESSAGE:
Baru-baru ini Los angeles juga mengeluarkan peraturan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik dengan merilis kantong plastik ramah lingkungan dan kantong kertas. LA juga menganjurkan masyarakatnya untuk selalu membawa tas sendiri saat belanja. Di Singapura, bahkan diterapkan denda 3 sen jika ada masyarakat yang tidak membawa tas sendiri saat belanja.
Kepada pemerintah, kita harap bisa mengikuti jejak beberapa negara lain untuk menerbitkan peraturan untuk mengurangi peredaran kantong plastik, serta meningkatkan produksi kantong plastik ramah lingkungan (Bio-degradable Plastic Bag). Plastik ramah lingkungan ini terbuat dari
maizena dan dapat terurai 6 bulan hingga 5 tahun (bandingkan dengan waktu yang butuhkan untuk mengurangi plastik jenis polimer sintetik).
Kepada toko atau supermarket (distribution channel/ritel store), diharapkan bisa turut menyediakan kantong plastik ramah lingkungan dan mendorong pelanggannya untuk membawa kembali kantong tersebut setiap kali belanja, misalnya dengan memberikan diskon khusus bagi yang membawa tas sendiri dari rumah.
Produsen plastik didorong untuk meningkatkan jumlah produksi kantong plastik ramah lingkungan supaya harganya bisa menjadi lebih murah.
Masyarakat umum juga perlu diarahkan untuk senantiasa membawa tas sendiri setiap belanja. Atau mendorong masyarkat untuk berani menolak kantong plastik. Barangkali kepada mereka bisa disampaikan pesan selamatkan bumi dengan membawa tas sendiri setiap berbelanja.
WHAT TO SAY: “Kurangi penggunaan kantong plastik. SEKARANG!”
TARGET AUDIENCE
Untuk memudahkan arah komunikasi dan lebih fokus, maka TA akan dibagi dalam dua kategori saja.
Target utama : Supermarket dan lembaga yang sering memakai kantong plastik
Target kedua : Umum dan Pemerintah.
TONE AND MANNER : Radikal, Convincing, atau yang lain juga boleh asal convincing.
MANDATORY:
Logo Bisnis Indonesia