8.8.08

Ada apa dengan kantong plastik?

Isu lingkungan hidup kembali mencuat seiring fenomena pemanasan global (Global Warming). Diyakini, fenomena ini merupakan efek revolusi industri pada akhir abad 18, sebuah revolusi yang pada akhirnya menciptakan teknologi dan dunia modern.

Teknologi dan tuntutan modernisme melahirkan salah satu ikonnya, yaitu plastik. Kehadiran kantong plastik bahkan telah menggeser pembungkus-pembungkus yang dinilainya tidak praktis, kalau tidak bisa dibilang primitif. Sebut saja daun pisang, atau tas yang terbuat dari akar-akaran yang dulu sering dibawa ibu dan nenek kita setiap kali ke pasar.

Kantong plastik (kresek) merupakan jenis plastik polimer sintetik, yaitu salah satu jenis plastik yang sulit terurai. Bumi membutuhkan waktu sedikitnya 500 tahun untuk bisa mengurai plastik jenis ini. Membakarpun bukan pilihan bijak. Karena jika dibakar dibawah 800 derajat celcius, justru akan menghasilkan senyawa dioksin yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan hidup.

Karena sifatnya yang sulit terurai, maka sampah plastik bisa menghambat proses penyerapan air oleh bumi. Ditambah dengan prilaku masyarakat kita yang masih suka membuang sampah (termasuk plastik) sembarangan hingga menutup saluran air, maka bencana banjir pun tak bisa dielakkan.

Di Indonesia, betapa mudahnya kita mendapatkan kantong plastik, bahkan secara gratis. Setiap kita belanja di supermarket atau toko, misalnya, belanjaan kita hampir pasti dibungkus dengan kantong plastik. Tak pelak lagi, Indonesia dikenal sebagai negara yang boros mengeluarkan kantong plastik. Tentu, hal ini adalah ironi di tengah kesulitan bahan bakar minyak mengingat untuk memenuhi kebutuhan plastik dibutuhkan jutaan barel minyak untuk memproduksinya.

Berdasarkan data dari S.F. Department of the Environment, Worldwatch Institute, setiap tahun ada 4-5 trilyun kantong plastik yang beredar, sementara untuk bikin 100juta kantong plastik yang non-degradable saja jumlah minyak bumi yang diperlukan adalah 430.000 gallon.

Untuk itu, tentu sebuah langkah yang bijak jika kita mulai mengurangi penggunaan kantong plastik untuk menyelamatkan bumi.

Tidak ada komentar: